Bibit rasa cinta pertama
Bekasi, Jabar.
Saat inilah dimana aku duduk, dan mulai menarikan jari jemariku diatas keyboard.
Bingung mau menulis apa, akhirnya aku teringat dengan masa masa kecilku. ya, dimana semua kenangan indah aku lalui tanpa ada halangan.
Aku terlahir di sebuah desa kecil di kabupaten ujung jawa timur, lebih tepatnya ujung timur jawa timur. SD ku tidak jauh dari rumahku, jarak gerbang sekolah dan gerbang rumahku sekitar 15 meter. Dekat bukan?, ya memang segitulah jauhnya. Sekolah SD ku dan rumahku hanya terpisahkan jalan aspal saja.
Tetapi bukan itu yang ingin aku share hari ini, aku hanya ingin memberikan gambaran dimana aku tinggal dan dimana cerita ini dimulai.
Sewaktu SD aku tidak ingat mempunyai teman perempuan hingga kelas 6 SD. Aku tak begitu ingat kenapa hal ini terjadi, tetapi yang aku ingat mulai dari kelas 1 SD hingga ke 6 SD jumlah penduduk kelas hanya bertambah dan berkurang 1 hingga 2 orang dan selebihnya tetap sama.
Alasan kenapa aku dan teman teman laki yang lain tidak berteman dengan kaum perempuan waktu itu mungkin karena terlalu asik dengan kehidupan menyenangkan kami, tapi itu hanya kemungkinan. yang pasti aku lupa kenapa itu terjadi.
Mungkin dari kalangan pembaca mengira bahwa aku saja yang tidak punya teman perempuan, ya mungkin saja. Tetapi yang membuatku yakin bahwa ada dinding antara perempuan dan laki-laki dikala itu adalah kejadian saat di kelas 6 SD.
Saat itu, guru wali kelas memberikan perintah untuk berpindah duduk. Satu meja harus diisi oleh laki dan perempuan. Guru wali kelas memberikan kebebasan kepada kami untuk memilih siapa teman duduk kami.
Kita semua shock dan kaget dengan perintah tersebut, dan saat itulah kami mulai saling pandang satu sama lain. Bukan aku saja tetapi satu kelas saling pandang seperti ajang pencarian jodoh.
Dari sekian perempuan yang aku lihat, ada satu sosok yang membuatku terpaku melihat wajah imutnya. Kenapa selama ini aku tak menyadari bahwa ada sebuah malaikat cantik yang seruang dengan ku, dan kuharap cerita ini mulai romantis. hehe
Aku malu untuk memintanya menjadi teman sebangkuku, dan ternyata teman teman juga pada enggan untuk meminta para perempuan untuk duduk dengan teman laki-laki. Bagaimana tidak, selama 5 tahun kita tidak berkomunikasi.
Akhirnya guru wali kelas membuat undian, beliau menyuruh para perempuan menulis nama mereka di kertas dan menggulungnya dan memasukkannya ke dalam kardus kapur tulis yang telah kosong. Lalu beliau menyuruh kami, para laki-laki maju satu persatu dan mengambil satu gulungan tersebut.
Teman-teman sudah ada yang dapat pasangan duduk mereka. Alangkah senangnya ternyata perempuan yang membuatku terpaku juga belum terpinang (maksudnya belum terambil undian. hehe).
Giliranku pun tiba, aku maju dan mulai mengambil salah satu kertas dengan mantap. Aku ambil nafas, lalu buang nafas sambil berdoa dalam hati. "semoga dia".
Aku buka gulungan kertas, dan terbaca tulisan "Astri" dan aku baca nama itu, "astri..?". Aku tak tahu nama itu milik siapa, dan siapapun yang berdiri aku terima dengan ikhlas batinku.
Lagi-lagi, aku terbuai oleh moment tersebut. Dia, perempuan yang aku suka (ya aku akui aku suka waktu itu), dia berdiri. Aku ambil dan buang nafas. Serasa lega dihatiku kala itu, dalam satu momen aku tahu namanya.
Kita pun memilih meja milik kami berdua, komunikasi pertama membuatku melayang seakan musyarawah untuk memilih rumah. hehe.
Ok, kita deal untuk memilih bangku depan tengah. Aku harus terbiasa dengan bangku depan, karena memang aku selalu duduk di belakang dan kadang hanya di tengah ruangan.
Dan selama 1 tahun terakhir kami satu bangku, dan ada beberapa momen yang mungkin bisa diceritakan lain kali.
Itulah bibit rasa cinta pertamaku. kalo dibilang cinta monyet. hehe.
Yuk, teman-teman pembaca, terima kasih. diminta masukannya. jangan segan segan.
dan
Terima kasih.
Saat inilah dimana aku duduk, dan mulai menarikan jari jemariku diatas keyboard.
Bingung mau menulis apa, akhirnya aku teringat dengan masa masa kecilku. ya, dimana semua kenangan indah aku lalui tanpa ada halangan.
Aku terlahir di sebuah desa kecil di kabupaten ujung jawa timur, lebih tepatnya ujung timur jawa timur. SD ku tidak jauh dari rumahku, jarak gerbang sekolah dan gerbang rumahku sekitar 15 meter. Dekat bukan?, ya memang segitulah jauhnya. Sekolah SD ku dan rumahku hanya terpisahkan jalan aspal saja.
Tetapi bukan itu yang ingin aku share hari ini, aku hanya ingin memberikan gambaran dimana aku tinggal dan dimana cerita ini dimulai.
Sewaktu SD aku tidak ingat mempunyai teman perempuan hingga kelas 6 SD. Aku tak begitu ingat kenapa hal ini terjadi, tetapi yang aku ingat mulai dari kelas 1 SD hingga ke 6 SD jumlah penduduk kelas hanya bertambah dan berkurang 1 hingga 2 orang dan selebihnya tetap sama.
Alasan kenapa aku dan teman teman laki yang lain tidak berteman dengan kaum perempuan waktu itu mungkin karena terlalu asik dengan kehidupan menyenangkan kami, tapi itu hanya kemungkinan. yang pasti aku lupa kenapa itu terjadi.
Mungkin dari kalangan pembaca mengira bahwa aku saja yang tidak punya teman perempuan, ya mungkin saja. Tetapi yang membuatku yakin bahwa ada dinding antara perempuan dan laki-laki dikala itu adalah kejadian saat di kelas 6 SD.
Saat itu, guru wali kelas memberikan perintah untuk berpindah duduk. Satu meja harus diisi oleh laki dan perempuan. Guru wali kelas memberikan kebebasan kepada kami untuk memilih siapa teman duduk kami.
Kita semua shock dan kaget dengan perintah tersebut, dan saat itulah kami mulai saling pandang satu sama lain. Bukan aku saja tetapi satu kelas saling pandang seperti ajang pencarian jodoh.
Dari sekian perempuan yang aku lihat, ada satu sosok yang membuatku terpaku melihat wajah imutnya. Kenapa selama ini aku tak menyadari bahwa ada sebuah malaikat cantik yang seruang dengan ku, dan kuharap cerita ini mulai romantis. hehe
Aku malu untuk memintanya menjadi teman sebangkuku, dan ternyata teman teman juga pada enggan untuk meminta para perempuan untuk duduk dengan teman laki-laki. Bagaimana tidak, selama 5 tahun kita tidak berkomunikasi.
Akhirnya guru wali kelas membuat undian, beliau menyuruh para perempuan menulis nama mereka di kertas dan menggulungnya dan memasukkannya ke dalam kardus kapur tulis yang telah kosong. Lalu beliau menyuruh kami, para laki-laki maju satu persatu dan mengambil satu gulungan tersebut.
Teman-teman sudah ada yang dapat pasangan duduk mereka. Alangkah senangnya ternyata perempuan yang membuatku terpaku juga belum terpinang (maksudnya belum terambil undian. hehe).
Giliranku pun tiba, aku maju dan mulai mengambil salah satu kertas dengan mantap. Aku ambil nafas, lalu buang nafas sambil berdoa dalam hati. "semoga dia".
Aku buka gulungan kertas, dan terbaca tulisan "Astri" dan aku baca nama itu, "astri..?". Aku tak tahu nama itu milik siapa, dan siapapun yang berdiri aku terima dengan ikhlas batinku.
Lagi-lagi, aku terbuai oleh moment tersebut. Dia, perempuan yang aku suka (ya aku akui aku suka waktu itu), dia berdiri. Aku ambil dan buang nafas. Serasa lega dihatiku kala itu, dalam satu momen aku tahu namanya.
Kita pun memilih meja milik kami berdua, komunikasi pertama membuatku melayang seakan musyarawah untuk memilih rumah. hehe.
Ok, kita deal untuk memilih bangku depan tengah. Aku harus terbiasa dengan bangku depan, karena memang aku selalu duduk di belakang dan kadang hanya di tengah ruangan.
Dan selama 1 tahun terakhir kami satu bangku, dan ada beberapa momen yang mungkin bisa diceritakan lain kali.
Itulah bibit rasa cinta pertamaku. kalo dibilang cinta monyet. hehe.
Yuk, teman-teman pembaca, terima kasih. diminta masukannya. jangan segan segan.
dan
Terima kasih.
Komentar