Tisu bau

Komp. ASKAF
Modem Fullspeed
Koneksi SmartFren

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuhu

kejadian ini bermula ketika setibanya orang tua saya dari ibadah haji pada tanggal 19 november 2011 lalu. suasana Pondok pesantren didaerah jinisari Kec.Genteng - Banyuwangi tersebut sungguh berubah menjadi suasana yang sangat mengharukan.

saya termasuk orang yang susah untuk menangis, tetapi Allah telah mengisi kantong air mata saya kembali ketika bis yang membawa ibu dan bapak saya tiba dan berjalan pelan didepanku. sungguh hati ini terasa ada sesuatu yang menerobos masuk dan memaksa air mataku keluar dengan derasnya.

kulangkahkan kakiku mendekati bis tersebut, dan kulihat wajah tampan ayahku dan wajah cantik ibuku. sungguh tak seperti biasanya, kurasakan rasa bangga dan haru ketika melihat wajah beliau-beliau. ayahku pun turun dari bis. aku berhasil memeluk badannya dan kulepas kuat tangisku meskipun dihalangi oleh para panitia pembubaran haji dari pondok pesantren tersebut.

hingga saat ini saya belum tahu apa penyebab tangis kencangku waktu itu, yang kuingat adalah suruhan dari hatiku sendiri yang seakan-akan memberikan komando seperti ini "ayo menangislah, ini adalah waktu yang tepat untuk menangis". dan air mataku pun langsung menetes dengan derasnya.

beliau berdua telah masuk kedalam ruangan aula khusus para jama'ah haji. sebelumnya panitia telah memberi tahukan bahwa jama'ah haji boleh didampingi oleh satu orang keluarga saat berada didalam. dan saya menyuruh adik saya untuk masuk dulu karena ia belum sempat bertemu dengan beliau berdua. sambil menahan tangis, kuberikan adik saya kepada panitia agar diantar kepada beliau berdua.

saya masih menahan tangis yang kadang-kadang tak terbendung lagi, air mataku pun menetes lagi. pada saat itu kucoba untuk memohon penunggu pintu aula agar mengizinkanku masuk. kira-kira terjadi percakapan seperti ini.

MPT : mas penjaga pintu
S : saya

MPT : mas, tolong turun sebentar mas, ini tempat para jama'ah haji.
S : saya minta tolong masuk sebentar mas, bapak saya memanggil saya.
MPT : ndak boleh mas, ini sudah keputusan panitia.
S : katanya boleh didampingi seorang mas, saya punya bapak dan ibu didalam, dan adik saya mendampingi ibu saya, saya mau mendampingi bapak saya.
MPT : wah, saya tidak berhak mas. coba kepintu yang kesana.
kulihat bapak saya dijendela aula, dan memanggil saya dengan isyarat tangannya.
S : "itu bapak saya mas,", dengan mulai menangis lagi..
memang sedikit malu sih.. tapi emosionalku telah menutup rasa maluku untuk sementara. ibu-ibu yang ada disampingku sudah sedikit memberikan perhatian kepadaku. dia sodorkan selembar tisu kepadaku, "wah, baik banget neh ibu ini", salam hatiku.

kutanggapi niat baik ibu itu dengan memakai tisu itu untuk menghapus air mataku, ketika tak sengaja tercium oleh hidungku bau yang lumayan kurang sedap menurutku. "bau apa nih?", tanyaku dalam hati.
wah, ibu ini ternyata punya selera humor nih. tangisku pun penjadi tawa karena tisu itu, tetapi hanya bisa kurahasiakan dihatiku saja.

dan rasa syukurku kembali kutanamkan kepada Allah SWT yang telah mengembalikan tangisku tanpa mengurangi tawaku. sungguh nikmat yang luar biasa. Alhamdulillah.

dan ketika saya boleh untuk masuk kedalam aula tangisku meledak lagi dipelukan ibuku, inilah momen yang saya tunggu-tunggu yaitu dapat menangis dipelukan ibuku meskipun tidak punya alasan yang jelas untuk menangis.

ok, sekian dulu sepenggal ceritaku pada tanggal 19 november lalu. memang sedikit telat karena ada urusan tentunya. Akhirul Kalam. Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuhu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Isim (kata benda), Fi'il (kata kerja) dan Huruf (selain kata benda dan kerja)

Syari'at, thoriqot, Hakikat, Makrifat

penghuni Askaf