Zakat Rumah Kos


Pertanyaan :
Rumah kos-kosan apakah ada zakatnya? Bila ada, bagaimana cara menghitung nisabnya? Apakah sama dengan harta tijarah? 

jawab :
Rumah yang disediakan untuk tempat indekos adalah rumah yang kamar-kamarnya disediakan untuk disewa oleh orang-orang yang memerlukannya. Menyewakan kamar sama dengan menjual manfaat dari kamar tersebut. Dengan demikian orang yang membangun rumah untuk tempat indekos tersebut adalah sama dengan orang yang sengaja menjual manfaat dari rumah tersebut. Dengan demikian jika hasil bersih dari sewa rumah tersebut dalam satu tahun sudah ada satu nisaB, seperti nisab tijarah, maka hasil tersebut wajib dizakati. 

Dasar pengambilan: 

Kitab Majmu' Syarah al Muhadzdzab juz 4 halaman 262: 

فرع : قال أصحابنا : إذا ذكر الإمام في أثناء صلاته أنه جنب أو محدث أو المرأة المصلية بنسوة أنها منقطعة حيض لم تغتسل لزمها الخروج منها ، فإن كان موضع طهارته قريبا أشار إليهم أن يمكثوا ومضى وتطهر وعاد وأحرم بالصلاة وتابعوه فيما بقي من صلاتهم ، ولا يستأنفونها ، وإن كان بعيدا أتموها ولا ينتظرونه قال القاضي أبو الطيب : قال الشافعي : وهم بالخيار إن شاؤوا أتموها فرادى وإن شاؤوا قدموا أحدهم يتمها بهم ، قال الشافعي : وأستحب أن يتموها فرادي ، قال القاضي : وإنما قال ذلك للخروج من الخلاف في صحة الاستخلاف ، وإذا أشار إليهم والموضع قريب استحب انتظاره كما ذكرنا ، ودليلنا الحديث السابق عن أبي بكرة ، فإن لم ينتظروه جاز ثم لهم الانفراد والاستخلاف إذا جوزناه ، وقال الشيخ أبو حامد في تعليقه : إنما يستحب لهم انتظاره إذا لم يكن مضى من صلاته ركعة 

(cabang). Para pendukung madzhab kami (madzhab Syafi'i) berpendapat: apabila di tengah-tengah salat, imam ingat bahwa dia adalah orang yang junub atau orang yang berhadats atau seseorang perempuan yang salat dengan orang-orang perempuan ingat bahwa sesungguhnya dia adalah wanita yang terputus dari haid yang belum mandi, maka wajib baginya keluar dari salat. Jika tempat bersuci itu dekat maka imam memberi isyarat kepada para jamaah agar mereka tetap diam dan imam pergi bersuci kemudian kembali dan bertakbiratul ikhram untuk salat. Para makmum mengikuti imam dalam sisa salat mereka. Mereka tidak memulai salat dari awal. Jika tempat bersuci itu jauh maka para makmum menyempurnakan salat dan tidak menunggu imam. Al Qodli Abu Thoyyib berkata: Imam Syafi'i berpendapat: Mereka (para makmum) boleh memilih. Jika mereka menginginkan, mereka boleh menyempurnakan salat secara sendiri-sendiri dan jika mereka menginginkan mereka boleh menyuruh maju salah seorang diantara mereka menjadi imam yang menyempurnakan salat dengan mereka, Imam Syafi'i berpendapat: Disunnahkan agar mereka menyempurnakan salat secara sendiri-sendiri. Al Qodli berkata: Sesungguhnya Imam Syafii berpendapat demikian hanyalah untuk keluar dari perbedaan pendapat mengenai keabsahan meminta ganti imam. Apabila imam memberi isyarat kepada mereka, sedangkan tempat bersuci itu dekat, maka disunnahkan untuk menunggu imam, sebagaimana telah kami sebutkan. Dalil kami adalah hadist yang telah lalu diriwayatkan oleh Abi Bakrah. Jika mereka tidak menunggu imam maka diperbolehkan; kemudian bagi mereka salat sendiri-sendiri dan boleh meminta ganti imam apabila kita membolehkannya. Syeikh Abu Hamid dalam ta'liq beliau, berpendapat: Hanya saja disunnahkan bagi mereka menunggu imam apabila waktu menunggu itu tidak melewati salat satu rakaat.

https://www.facebook.com/groups/ahkamulfuqoha/permalink/385748298115103/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Isim (kata benda), Fi'il (kata kerja) dan Huruf (selain kata benda dan kerja)

Syari'at, thoriqot, Hakikat, Makrifat

penghuni Askaf